Cari Blog Ini
TEKNIK PENYEBARAN VIRUS
Foto
yang diambil dengan mikroskop elektron dari agak kaku, partikel virus
berbentuk batang-virus mosaik tembakau dari tomat terinfeksi. Bar merupakan 200 nanometer atau 0,000008 inci.
Virus tidak menyebabkan penyakit dengan mengkonsumsi atau membunuh sel-sel melainkan dengan mengambil alih proses metabolisme sel, mengakibatkan fungsi sel abnormal. abnormal fungsi metabolisme sel yang terinfeksi disajikan sebagai gejala mosaik dan lainnya sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. tanaman terinfeksi menjadi penampungan untuk virus dan virus dapat ditransmisikan dengan mudah (baik secara mekanis atau oleh serangga) pada tanaman sehat.
CIRI-CIRI SERANGAN VIRUS
Tanaman yang terserang virus menunjukkan adanya perubahan bentuk atau morfologi tanaman dan nekrosis (kerusakan jaringan. Keadaan fisiologis tanaman juga terganggu seperti berkurangnya kegiatan fotosintesa, kecepatan respirasi bertambah, terjadinya akumulasi senyawa nitrogen seperti senyawa amida, dan penurunan akti-vitas zat pengatur pertumbuhan dan sebagainya.
Gejala Luar: Gejala penyakit yang tampak dapat terjadi pada daun, batang, bunga, buah, biji, akar dengan berbagai tipe gejala penyakit tergantung dari macam virus yang menyerang dan tanaman inangnya. Gejala penyakit yang umum dari infeksi virus ialah terhambatnya pertumbuhan yang mengakibatkan menurunnya hasil dan tanaman lebih cepat mati. Gejala penyakit yang ditimbulkannya dapat sangat berat atau sangat ringan sekali sehingga tidak tampak jelas. Gejala yang paling jelas biasanya terdapat pada daun seperti timbulnya mozaik. Tetapi ada sejumlah virus yang dapat menimbulkan gejala penyakit pada batang, buah, akar dan sebagainya tapi tidak terlihat pada daun. Kebanyakan penyakit virus tanaman bersifat sistematik dan virus yang penyebab sendiri terdapat diseluruh bagian tanaman. Gejala yang ditimbulkannya disebut gejala sistematik. Tapi untuk virus tertentu dan pada tanaman tertentu, gejala serangnya bersifat lokal dengan timbulnya gejala nekrosa ditempat terjadinya infeksi oleh virus. Gejala semacam ini disebut gejala lokal.
Tipe gejala penyakit virus yang banyak terdapat pada tanaman ialah mozaik, kuning dan bercak bercincin atau bercak bergaris. Gejala lainnya ialah penghambatan pertumbuhan, kerdil, daun menggulung, mengkerut atau berubah seperti tali sepatu, roset, nekrosis, floem batang berlekuk-lekuk, buah berlekuk-lekuk, tumor, inesiasi, percabangan berbentuk sapu dan sebagainya.
Gejala Internal. Selain gejala yang tampak dari luar, serangan virus juga dapat menimbulkan gejala internal. Gejala internal yang ditimbulkan oleh berbagai virus akan berbeda tergantung dari penyebaran virus tersebut dalam tanaman, virus dari kelompok mosaik tidak terbatas pada jaringan tanaman tertentu tapi tersebar dalam tubuh tanaman. Pada penyakit tersebut bagian yang berwarna hijau berkembang dengan cepat sedangkan bagian yang berwarna kuning tertahan pertumbuhannya. Dengan terjadinya pertumbuhan yang tidak merata, permukaan daun bergelombang atau menggulung.
Dengan
menggunakan kereta, kita bisa menikmati pemandangan hamparan
buah-buahan (1), pembibitan /tabulampot serta kawasan bangunan
plastik dan hidroponik.
|
Faktor yang mempengaruhi gejala penyakit. Keadaan tumbuhan sangat mempe-ngaruhi perkembangan gejala penyakit. Pada umumnya gejala penyakit virus jelas sekali terlihat pada bagian tanaman yang pertum-buhannya cepat. Jika terjadi infeksi pada bagian tanaman yang sudah tua biasanya perkembangan penyakit tidak begitu sempurna, kecuali pada bagian-bagian tanaman yang masih muda yang tumbuh kemudian. Tanaman yang terkena infeksi virus ada yang menunjukkan gejala penyakit ringan atau sama sekali tidak menampakkan gejala penyakit. Tanaman tersebut dinamakan pembawa yang tidak menimbulkan gejala dan virus tersebut disebut virus laten. Tanaman yang biasanya memperlihatkan gejala penyakit jika terinfeksi oleh suatu virus tertentu tetapi pada keadaan lingkungan tertentu (temperatur tinggi atau rendah) gejala penyakitnya untuk sementara tidak tampak, maka gejala semacam ini disebut gejala tersamar. Jika keadaan lingkungannya berubah kembali maka gejala penyakitnya terlihat lagi. Dengan adanya gejala yang tersamar ini dapat menimbulkan banyak kesulitan dalam melakukan eradiksi terhadap tanaman yang telah terkena infeksi.
Dalam hubungan dengan keadaan lingkungan, gejala penyakit virus tidak begitu jelas, jika tanaman yang terinfeksi berada dilingkungan gelap, dibawah peneduh atau pada tanaman tanah yang lebih kering seperti terjadi pada penyakit mosaik dan penyakit bergaris pada tebu. Pada umumnya keadaan hara tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman akan baik pula untuk perkembangan virus dan timbulnya gejala penyakit. Peningkatan dosis nitrogen dan fosfor baik untuk perkembangan gejala penyakit virus sedangkan kalium memberikan akibat yang sebaliknya.
Kerdil
pada tanaman cabe yang disebabkan oleh serangan virus
|
PENGENDALIAN.
Tidak seperti fungisida kimia digunakan untuk menanggulangi penyakit-penyakit jamur, sampai saat ini tidak ada perawatan kimia bagian efisien yang melindungi tanaman dari infeksi virus. Selain itu, tidak ada perlakuan kimia diketahui digunakan dalam kondisi lapangan yang menghilangkan infeksi virus dari jaringan tanaman setelah mereka terjadi. Praktis berbicara, tanaman yang terinfeksi oleh virus tetap begitu. Dengan demikian, pengendalian virus mosaik tembakau terutama difokuskan pada mengurangi dan menghilangkan sumber virus dan membatasi penyebaran oleh serangga. Tembakau virus mosaik adalah virus tanaman yang dikenal paling gigih. Telah diketahui untuk bertahan hingga 50 tahun di bagian-bagian tanaman kering. Oleh karena itu, sanitasi adalah praktek yang paling penting dalam mengendalikan virus mosaik tembakau.
Chilli Thrips, Scirtothrips dorsalis Hood
LARVA TRIPS:

SETELAH LARVA:
AKIBAT TRIP:
SIKLUL HIDUP:
Thrips berukuran sangat kecil antara 0,5 – 1,5 mm. Imago meletakan telur di permukaan bawah daun atau pada kelopak dan mahkota bunga. Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina berkisar antara 30-300 butir, tergantung mutu dan jumlah makanan yang tersedia. Thrips mengalami dua instar nimfa dan stadia pupa, nimfa thrips berwarna kekuning-kuningan, sedangkan thrips dewasa berwarna coklat kehitaman. Instar pertama dan kedua merupakan fase aktif, sedang nimfa instar selanjutnya adalah prapupa dan pupa yang mempunyai fase istirahat. Untuk menyelesaikan satu siklus hidup thrips, paling sedikit membutuhkan waktu sekitar 10 hari.
Hama ini bersifat polifag dengan tanaman inang utama yaitu cabai, bawang merah, bawang daun dan jenis bawang lainnya, dan tomat. Tanaman inang lain yaitu tembakau, kopi, ubi jalar, labu siam, bayam, kentang, kapas, tanaman dari famili Crusiferae, Crotalaria, kacang-kacangan, mawar, dan sedap malam.
Hama ini menyerang dengan cara mengisap cairan tanaman (daun muda/pucuk) dan tunas-tunas muda, sehingga sel-sel tanaman menjadi rusak dan mati. Gejala serangan paling banyak dijumpai pada permukaan bawah daun atau bunga (gambar 14). Kerusakan tanaman ini ditandai dengan adanya bercak-bercak putih atau keperak-perakan/kekuning-kuningan seperti perunggu terutama pada permukaan bawah daun. Gejala bercak keperak-perakan awalnya tampak dekat tulang daun menjalar ke tulang daun hingga seluruh permukaan daun menjadi putih. Daun kemudian menjadi coklat, mengeriting atau keriput dan akhirnya kering. Pada intensitas serangan yang tinggi, tepi daun berkerut, menggulung ke dalam dan timbul benjolan seperti tumor sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan bila daun tersebut dibuka, akan terdapat imago yang berkelompok. Tanaman yang merana tidak akan menghasilkan bunga yang prima. Hama ini juga bertindak sebagai vektor Tomato Spotted Wilt Virus (TSWV). Populasi dan serangan thrips biasanya tinggi pada musim kemarau dan menurun pada musim hujan.
Serangga dewasa (imago) berukuran sangat kecil, dengan panjang tubuh + 1 mm dan berwarna kuning pucat sampai coklat kehitaman. Imago yang sudah tua berwarna agak kehitaman, berbercak-bercak merah atau bergaris-garis. Imago thrips muda berwarna putih atau kekuning-kuningan. Serangga jantan tidak bersayap, sedangkan yang betina mempunyai dua pasang sayap yang halus dan tidak rata. Thrips berkembang biak secara partenogenesis. Umur stadium serangga dewasa dapat mencapai 20 hari. Telur thrips berbentuk oval atau seperti ginjal. Serangga betina dapat bertelur hingga 80 butir dan dapat menetas setelah 3 – 8 hari. Telur biasanya diletakkan pada daun bagian bawah atau di dalam jaringan tanaman secara terpencar.
Nimfa yang baru menetas berwarna keputihan/kekuningan. Nimfa instar pertama dan kedua aktif berada di permukaan daun sedangkan instar selanjutnya tidak aktif. Kemungkinan pada saat ini nimfa berada di permukaan tanah. Pupa yang terbungkus kokon terdapat di permukaan bawah daun dan di permukaan tanah di sekitar tanaman. Thrips muda yang keluar dari kokon biasanya belum dapat terbang tetapi sudah dapat meloncat. Perkembangan pupa menjadi thrips muda akan semakin meningkat pada kelembaban rendah dan suhu lingkungan yang hangat. Pengendalian hama ini, yaitu dengan cara mengatur waktu tanam, repellent dan insektisida berbahan aktifmerkaptodimetur sesuai dosis anjuran.
Macam macam trip yang berkeliaran menjadi hama tanaman budidaya:
- Thrips imaginis Bagnall (Phylum: ARTHROPODA Class: HEXAPODA Order: Thysanoptera Family: Thripidae)
- Thrips nigropilosus Uzel (Phylum: ARTHROPODA Class: HEXAPODA Order: Thysanoptera Family: Thripidae)
- Thrips palmi Karny (Phylum: ARTHROPODA Class: HEXAPODA Order: Thysanoptera Family: Thripidae)
- Thrips parvispinus Karny (Phylum: ARTHROPODA Class: HEXAPODA Order: Thysanoptera Family: Thripidae)
- Thrips simplex (Morison) (Phylum: ARTHROPODA Class: HEXAPODA Order: Thysanoptera Family: Thripidae)
- Thrips tabaci Lindeman (Phylum: ARTHROPODA Class: HEXAPODA Order: Thysanoptera Family: Thripidae)
- Thrips vulgatissimus Haliday (Phylum: ARTHROPODA Class: HEXAPODA Order: Thysanoptera Family: Thripidae)
- Ctenolepisma longicaudata Escherich(Phylum: ARTHROPODA Class: HEXAPODA Order: Thysanura Family: Lepismatidae)
- Lepisma saccharina Linnaeus (Phylum: ARTHROPODA Class: HEXAPODA Order: Thysanura Family: Lepismatidae)
LEBIH LENGKAP DI:http://www.ento.csiro.au/aicn/system/
Pupuk adalah salah satu bahan yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman guna menunjang pertumbuhannya. Secara umum pupuk
dapat diartikan suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik,
kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan
tanaman. Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian bahan kapur
dengan maksud untuk meningkatkan pH tanah yang masam, pemberian legin
bersama benih tanaman kacang-kacangan serta pemberian pembenah tanah
(soil conditioner) untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Demikian pula
pemberian urea dalam tanah yang miskin akan meningkatkan kadar N dalam
tanah tersebut. Semua usaha tersebut dinamakan pemupukan. Dengan
demikian bahan kapur, legin, pembenah tanah dan urea disebut pupuk.
Saat
ini telah muncul jenis pupuk baru yang patut dikembangkan di dunia
pertanian yaitu pupuk radiasi nuklir. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
ketergantungan terhadap penggunaaan pupuk organik. Dimana sisi negatif
akibat ketergantungan dengan pupuk organik akan merusak kesuburan tanah.
Pupuk hayati (biofertilizer)
hasil radiasi nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bernama Azora
ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas pertanian. Seperti yang
dikatakan oleh Kepala Batan Dr. Hudi Hastowo "Pupuk hayati Batan ini
memacu pertumbuhan tanaman seperti membuat akar dan daun lebih banyak,
meningkatkan hasil, memperbaiki kualitas menjadi lebih menarik dan
bersih, serta mengurangi pemakaian pupuk,".
Batan telah meriset dan memperoleh mikroba yang
membuat tanah lebih mampu menangkap nitrogen dan membuatnya menjadi
subur. Mikroba bernama Azospherelium ini disterilisasi dengan radiasi.
Radiasi dengan sinar gamma dari Cobalt 60 merupakan teknik sterilisasi
bahan pembawa pupuk hayati yang telah teruji efektif dan efisien
dibanding dengan teknik `autoclave` (sterilisasi panas -red) yang biasa
dilakukan.
Pupuk ini sudah di uji coba pada
tanaman jagung serta tanaman hortikultura seperti salada, kubis,
brokoli, sawi, atau cabe dan terbukti secara signifikan meningkatkan
produksi tanaman tersebut.
Guna meningkatkan produktivitas di dunia pertanian dan
mengembangkan agribisnis para petani, diharapkan para petani Indonesia
mampu memanfaatkan pupuk ini. Namun hal ini juga tidak boleh lepas dari
dukungan pemerintah dan instansi-instansi terkait untuk memperkenalkan
pupuk ini kepada para petani. Karena masih minim sekali petani yang tahu
dengan pupuk model baru ini sehingga penyuplaian pupuk kepada para
petani perlu ditingkatkan.
sumber: KOMPAS.
1. Penyakit tepung
Penyakit tepung disebabkan oleh cendawan
Oidiopsis capsici. Gejala serangan ditandai dengan adanya
lapisan tepung berwarna putih terutama menempel pada sisi bawah daun
(Gambar 11). Daun yang terserang menjadi pucat dan cepat rontok
(Semangun 1989).
Pengendalian penyakit tepung pada
tanaman sebagai berikut :
1) Pemasangan dan pengasapan dengan
pembakaran serbuk belerang. Untuk mencegah serangan penyakit tepung
pada pertanaman paprika dipasang serbuk belerang yang diletakkan dalam
belahan bambu sebanyak 1 belahan bambu per 2 m2. Pengasapan
dengan pembakaran serbuk belerang seminggu sekali. Alat yang digunakan
adalah yang biasa digunakan untuk pengemposan tikus. Pengasapan
dilakukan pada sore hari setelah pukul 17.00 (Gambar 12), ketika suhu
udara sudah menurun.
Daun tanaman paprika yang terserang penyakit tepung
Pemasangan belerang (kiri) dan pengasapan dengan pembakaran serbuk
belerang (kanan) untuk mencegah serangan penyakit tepung.
2) Penyemprotan fungisida. Jika serangan penyakit tepung rata-rata
telah mencapai 5% luas daun, maka pertanaman paprika disemprot dengan
fungisida selektif Fenarimol (Rubigan 120 EC) atau Heksakonazol
(Anvil 50 SC) (Moekasan 2002).
2. Penyakit layu fusarium
Penyakit layu fusarium disebabkan oleh
cendawan Fusarium oxysporum (Semangun, 1989). Infeksi awal
terjadi pada leher batang tanaman bagian bawah yang bersinggungan dengan
tanah. Selanjutnya infeksi menjalar ke perakaran sehingga akar
mengalami busuk basah. Gejala pada bagian tanaman di atas tanah adalah
terjadinya kelayuan daun bagian bawah, yang selanjutnya menjalar ke
atas, ke ranting-ranting muda dan akhirnya tanaman mati (Suryaningsih et al. 1996). Cendawan berada di dalam pembuluh kayu dan
menyebabkan jaringan ini berwarna coklat (Semangun 1989).
Pengendalian penyakit layu fusarium:
1) Eradikasi selektif
Jika dijumpai tanaman yang
terserang penyakit layu fusarium dilakukan eradikasi selektif, yaitu
dengan cara menyingkirkan tanaman dan media tanamnya lalu
memusnahkannya.
2) Penggunaan fungisida
Fungisida yang selektif dan efektif dan
dianjurkan adalah Benomil (Benlate) atau Klorotalonil
(Daconil 75 WP). Larutan fungisida dengan konsentrasi yang dianjurkan
disiramkan ke perakaran dengan dosis 100 ml per polybag
(Moekasan 2002).
3. Penyakit layu bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Ralstonia
(Pseudomonas) solanacearum. Bakteri ini termasuk mikroorganisme
patogen tular tanah atau dikenal dengan nama soil borne disease,
dapat hidup bertahan dalam tanah dalam waktu yang relatif sangat lama
(3-5 tahun) (Kelman, 1953).
Serangan penyakit ini menyebabkan
layunya daun-daun tanaman yang dimulai dari daun bagian atas. Tanaman
tampak seolah-olah seperti kekurangan air. Setelah beberapa hari gejala
kelayuan diikuti oleh layu yang tiba-tiba dan layu permanen seluruh
tanaman, tetapi daun tetap berwarna hijau atau sedikit menguning.
Pengendalian penyakit layu bakteri sebagai berikut:
1) Perlakuan air penyiraman
Untuk mencegah serangan layu bakteri,
pada air penyiraman ditambahkan kaporit sebanyak 1 ppm (Moekasan 2002).
2) Penggunaan musuh alami
Musuh alami yang potensial untuk
mengendalikan penyakit layu bakteri adalah bakteri antagonis Pseudomonas
fluorescens. Larutan bakteri P. fluorescens sebanyak 50
ml/polybag disiramkan ke dalam media tanam mulai umur 1 minggu setelah
tanam dan diulang seminggu sekali (Moekasan 2002).
3) Eradikasi selektif
Jika dijumpai tanaman paprika yang
terserang penyakit layu bakteri dilakukan eradikasi selektif, yaitu
dengan cara mencabut dan memusnahkannya.
4) Penggunaan bakterisida
Bakterisida yang efektif untuk
mengendalikan penyakit layu bakteri adalah Bactocine L. dengan
konsentrasi formulasi 1 ml/l. Bakterisida tersebut secara bergantian
disemprotkan pada tanaman atau disiramkan ke dalam media tanam sebanyak
50 ml/polybag dengan frekuensi seminggu sekali (Moekasan 2002).
4. Penyakit bercak serkospora
Penyakit bercak serkospora disebabkan
oleh cendawan Cercospora capsici yang dapat menyerang daun,
tunas, bunga, batang, dan bakal buah. Serangan yang terjadi pada
pedisel dapat menimbulkan malformasi buah, yaitu buah tidak dapat
berkembang, melainkan menjadi kerdil. Bercak berbentuk bulat melingkar
dan bagian tengahnya berwarna abu-abu tua sedangkan bagian luarnya
coklat tua (Gambar 15). Pada kelembaban tinggi, cendawan tumbuh seperti
bintik-bintik, kemudian melebar dan berwarna abu-abu. Penyakit ini
dikenal sebagai penyakit “bintik mata kodok”, karena bintik tersebut
berbentuk seperti mata kodok. Pada saat sudah berukuran lebih besar,
bercak mengering dan retak, yang akhirnya bagian buah ini akan jatuh ke
tanah. Daun dan buah yang terinfeksi dapat berubah menjadi berwarna
kuning dan gugur ke tanah (Suryaningsih et al. 1996).
Pengendalian:
1) Perlakuan benih
Pencegahan serangan penyakit bercak
serkospora dapat dilakukan dengan cara perendaman benih
sebelum disemai pada larutan Propamocarb (Previcur N) dengan
konsentrasi formulasi 1 ml/ l selama 24 jam (Moekasan 2002).
2) Penggunaan mulsa plastik
Penggunaan mulsa plastik dapat
menghambat penyebaran infeksi cendawan ini, baik dari buah, daun atau
batang ke media tanam, maupun dari media tanam ke bagian tanaman
(Suryaningsih et al. 1996).
3) Penggunaan fungisida
Jika serangan penyakit bercak serkospora
telah mencapai 5% luas daun, maka tanaman disemprot dengan
fungisida. Fungisida yang dianjurkan untuk cendawan golongan Oomycetes,
yaitu fungisida kontak Klorotalonil (Daconil 70 WP) dengan
interval 4-7 hari dan fungisida sistemik Metalaxyl (Ridomil
Gold MZ) atau Difenakonazol (Score 250 EC) dengan interval 7-10 hari.
Penggunaan fungisida kontak dan sistemik dilakukan secara bergiliran
untuk menghindari timbulnya resistensi cendawan tersebut terhadap
fungisida. Pola pergiliran adalah 3-4 kali aplikasi fungisida kontak dan
satu kali apalikasi fungisida sistemik, kemudian diulang kembali dengan
pola yang sama (Suryaningsih et al., 1996).
5. Penyakit mosaik (virus
kompleks)
Penyakit mosaik pada tanaman cabe
dapat disebabkan oleh salah satu atau gabungan berbagai jenis virus
seperti virus tomat mosaik (tomato mosaic virus = ToMV), virus mosaik
tembakau (tobacco mosaic virus = TMV), virus mosaik mentimun (cucumber
mosaic virus = CMV), virus kentang Y (potato virus Y = PVY) dan virus X
kentang (potato virus X = PVX) (Suryaningsih et al. 1996)
Pertumbuhan tanaman yang terserang virus
relatif lebih kerdil. Mula-mula tulang daun menguning atau terjadi
jalur kuning sepanjang tulang daun. Daun menjadi belang hijau tua dan
hijau muda, ukuran daun lebih kecil dan lebih sempit dari ukuran daun
yang normal, atau menjadi seperti tali sepatu karena lembaran daun
menghilang yang tinggal hanya tulang daun saja. Virus mosaik mentimun
sering menyebabkan gejala bisul atau kutil pada buah (Semangun 1989).
Virus masuk ke dalam jaringan melalui
luka lalu memperbanyak diri dan menyebar ke seluruh jaringan tanaman
secara sistemik. Jenis virus di atas dapat menular melalui persinggungan
secara mekanik seperti TMV, ToMV dan PVX; melalui biji seperti ToMV dan
TMV (Suryaningsih et al. 1996) atau disebarkan oleh kutu daun
seperti CMV dan PVY (Noordam 1973).
Pengendalian:
1) Infeksi virus mosaik lewat vektornya
(kutu daun) yang datang dari luar dapat dicegah dengan melakukan
penyemaian benih pada rumah plastik yang dindingnya terbuat dari
kasa.
2) Menjaga kebersihan tangan pekerja dan
peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan tanaman menggunakan larutan
alkohol 70% untuk mencegah penyebaran penyakit ini.
3) Pada saat melakukan pewiwilan, tangan
pekerja disterilkan dengan menggunakan susu skim atau alkohol 70%
(Moekasan, 2002)
4) Lakukan eradikasi selektif jika ada
tanaman yang menunjukkan gejala terserang penyakit mosaik, yaitu dengan
cara mencabut dan memusnahkannya.
sumber:http://erlanardianarismansyah.wordpress.com