Cari Blog Ini
1. Penyakit tepung
Penyakit tepung disebabkan oleh cendawan
Oidiopsis capsici. Gejala serangan ditandai dengan adanya
lapisan tepung berwarna putih terutama menempel pada sisi bawah daun
(Gambar 11). Daun yang terserang menjadi pucat dan cepat rontok
(Semangun 1989).
Pengendalian penyakit tepung pada
tanaman sebagai berikut :
1) Pemasangan dan pengasapan dengan
pembakaran serbuk belerang. Untuk mencegah serangan penyakit tepung
pada pertanaman paprika dipasang serbuk belerang yang diletakkan dalam
belahan bambu sebanyak 1 belahan bambu per 2 m2. Pengasapan
dengan pembakaran serbuk belerang seminggu sekali. Alat yang digunakan
adalah yang biasa digunakan untuk pengemposan tikus. Pengasapan
dilakukan pada sore hari setelah pukul 17.00 (Gambar 12), ketika suhu
udara sudah menurun.
Daun tanaman paprika yang terserang penyakit tepung
Pemasangan belerang (kiri) dan pengasapan dengan pembakaran serbuk
belerang (kanan) untuk mencegah serangan penyakit tepung.
2) Penyemprotan fungisida. Jika serangan penyakit tepung rata-rata
telah mencapai 5% luas daun, maka pertanaman paprika disemprot dengan
fungisida selektif Fenarimol (Rubigan 120 EC) atau Heksakonazol
(Anvil 50 SC) (Moekasan 2002).
2. Penyakit layu fusarium
Penyakit layu fusarium disebabkan oleh
cendawan Fusarium oxysporum (Semangun, 1989). Infeksi awal
terjadi pada leher batang tanaman bagian bawah yang bersinggungan dengan
tanah. Selanjutnya infeksi menjalar ke perakaran sehingga akar
mengalami busuk basah. Gejala pada bagian tanaman di atas tanah adalah
terjadinya kelayuan daun bagian bawah, yang selanjutnya menjalar ke
atas, ke ranting-ranting muda dan akhirnya tanaman mati (Suryaningsih et al. 1996). Cendawan berada di dalam pembuluh kayu dan
menyebabkan jaringan ini berwarna coklat (Semangun 1989).
Pengendalian penyakit layu fusarium:
1) Eradikasi selektif
Jika dijumpai tanaman yang
terserang penyakit layu fusarium dilakukan eradikasi selektif, yaitu
dengan cara menyingkirkan tanaman dan media tanamnya lalu
memusnahkannya.
2) Penggunaan fungisida
Fungisida yang selektif dan efektif dan
dianjurkan adalah Benomil (Benlate) atau Klorotalonil
(Daconil 75 WP). Larutan fungisida dengan konsentrasi yang dianjurkan
disiramkan ke perakaran dengan dosis 100 ml per polybag
(Moekasan 2002).
3. Penyakit layu bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Ralstonia
(Pseudomonas) solanacearum. Bakteri ini termasuk mikroorganisme
patogen tular tanah atau dikenal dengan nama soil borne disease,
dapat hidup bertahan dalam tanah dalam waktu yang relatif sangat lama
(3-5 tahun) (Kelman, 1953).
Serangan penyakit ini menyebabkan
layunya daun-daun tanaman yang dimulai dari daun bagian atas. Tanaman
tampak seolah-olah seperti kekurangan air. Setelah beberapa hari gejala
kelayuan diikuti oleh layu yang tiba-tiba dan layu permanen seluruh
tanaman, tetapi daun tetap berwarna hijau atau sedikit menguning.
Pengendalian penyakit layu bakteri sebagai berikut:
1) Perlakuan air penyiraman
Untuk mencegah serangan layu bakteri,
pada air penyiraman ditambahkan kaporit sebanyak 1 ppm (Moekasan 2002).
2) Penggunaan musuh alami
Musuh alami yang potensial untuk
mengendalikan penyakit layu bakteri adalah bakteri antagonis Pseudomonas
fluorescens. Larutan bakteri P. fluorescens sebanyak 50
ml/polybag disiramkan ke dalam media tanam mulai umur 1 minggu setelah
tanam dan diulang seminggu sekali (Moekasan 2002).
3) Eradikasi selektif
Jika dijumpai tanaman paprika yang
terserang penyakit layu bakteri dilakukan eradikasi selektif, yaitu
dengan cara mencabut dan memusnahkannya.
4) Penggunaan bakterisida
Bakterisida yang efektif untuk
mengendalikan penyakit layu bakteri adalah Bactocine L. dengan
konsentrasi formulasi 1 ml/l. Bakterisida tersebut secara bergantian
disemprotkan pada tanaman atau disiramkan ke dalam media tanam sebanyak
50 ml/polybag dengan frekuensi seminggu sekali (Moekasan 2002).
4. Penyakit bercak serkospora
Penyakit bercak serkospora disebabkan
oleh cendawan Cercospora capsici yang dapat menyerang daun,
tunas, bunga, batang, dan bakal buah. Serangan yang terjadi pada
pedisel dapat menimbulkan malformasi buah, yaitu buah tidak dapat
berkembang, melainkan menjadi kerdil. Bercak berbentuk bulat melingkar
dan bagian tengahnya berwarna abu-abu tua sedangkan bagian luarnya
coklat tua (Gambar 15). Pada kelembaban tinggi, cendawan tumbuh seperti
bintik-bintik, kemudian melebar dan berwarna abu-abu. Penyakit ini
dikenal sebagai penyakit “bintik mata kodok”, karena bintik tersebut
berbentuk seperti mata kodok. Pada saat sudah berukuran lebih besar,
bercak mengering dan retak, yang akhirnya bagian buah ini akan jatuh ke
tanah. Daun dan buah yang terinfeksi dapat berubah menjadi berwarna
kuning dan gugur ke tanah (Suryaningsih et al. 1996).
Pengendalian:
1) Perlakuan benih
Pencegahan serangan penyakit bercak
serkospora dapat dilakukan dengan cara perendaman benih
sebelum disemai pada larutan Propamocarb (Previcur N) dengan
konsentrasi formulasi 1 ml/ l selama 24 jam (Moekasan 2002).
2) Penggunaan mulsa plastik
Penggunaan mulsa plastik dapat
menghambat penyebaran infeksi cendawan ini, baik dari buah, daun atau
batang ke media tanam, maupun dari media tanam ke bagian tanaman
(Suryaningsih et al. 1996).
3) Penggunaan fungisida
Jika serangan penyakit bercak serkospora
telah mencapai 5% luas daun, maka tanaman disemprot dengan
fungisida. Fungisida yang dianjurkan untuk cendawan golongan Oomycetes,
yaitu fungisida kontak Klorotalonil (Daconil 70 WP) dengan
interval 4-7 hari dan fungisida sistemik Metalaxyl (Ridomil
Gold MZ) atau Difenakonazol (Score 250 EC) dengan interval 7-10 hari.
Penggunaan fungisida kontak dan sistemik dilakukan secara bergiliran
untuk menghindari timbulnya resistensi cendawan tersebut terhadap
fungisida. Pola pergiliran adalah 3-4 kali aplikasi fungisida kontak dan
satu kali apalikasi fungisida sistemik, kemudian diulang kembali dengan
pola yang sama (Suryaningsih et al., 1996).
5. Penyakit mosaik (virus
kompleks)
Penyakit mosaik pada tanaman cabe
dapat disebabkan oleh salah satu atau gabungan berbagai jenis virus
seperti virus tomat mosaik (tomato mosaic virus = ToMV), virus mosaik
tembakau (tobacco mosaic virus = TMV), virus mosaik mentimun (cucumber
mosaic virus = CMV), virus kentang Y (potato virus Y = PVY) dan virus X
kentang (potato virus X = PVX) (Suryaningsih et al. 1996)
Pertumbuhan tanaman yang terserang virus
relatif lebih kerdil. Mula-mula tulang daun menguning atau terjadi
jalur kuning sepanjang tulang daun. Daun menjadi belang hijau tua dan
hijau muda, ukuran daun lebih kecil dan lebih sempit dari ukuran daun
yang normal, atau menjadi seperti tali sepatu karena lembaran daun
menghilang yang tinggal hanya tulang daun saja. Virus mosaik mentimun
sering menyebabkan gejala bisul atau kutil pada buah (Semangun 1989).
Virus masuk ke dalam jaringan melalui
luka lalu memperbanyak diri dan menyebar ke seluruh jaringan tanaman
secara sistemik. Jenis virus di atas dapat menular melalui persinggungan
secara mekanik seperti TMV, ToMV dan PVX; melalui biji seperti ToMV dan
TMV (Suryaningsih et al. 1996) atau disebarkan oleh kutu daun
seperti CMV dan PVY (Noordam 1973).
Pengendalian:
1) Infeksi virus mosaik lewat vektornya
(kutu daun) yang datang dari luar dapat dicegah dengan melakukan
penyemaian benih pada rumah plastik yang dindingnya terbuat dari
kasa.
2) Menjaga kebersihan tangan pekerja dan
peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan tanaman menggunakan larutan
alkohol 70% untuk mencegah penyebaran penyakit ini.
3) Pada saat melakukan pewiwilan, tangan
pekerja disterilkan dengan menggunakan susu skim atau alkohol 70%
(Moekasan, 2002)
4) Lakukan eradikasi selektif jika ada
tanaman yang menunjukkan gejala terserang penyakit mosaik, yaitu dengan
cara mencabut dan memusnahkannya.
sumber:http://erlanardianarismansyah.wordpress.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar