Hambatan paling besar bertanam cabe biasanya datang dari keberadaan hama dan penyakit seringkali yang membuat tanaman rusak pada bagian tertentu yang bisa menyebabkan puso. Cukup banyak jenis-jenis hama maupun penyakit yang menyerang tanaman cabe ini dari fase benih sampai panen. Namun hanya beberapa yang utama dan paling merusak. Berikut adalah pembahasan mengenai hama dan penyakit utama pada tanaman cabe.
Sebagai tanaman budidaya, tentu saja pengembangan tanaman cabe tidak bisa terlepas dari pengendalian hama dan penyakit. Meskipun komoditas ini sangat menjanjikan, namun tidak sedikit dari para petani kita yang mengeluh akibat kehadiran pengganggu keberhasilan budidayanya. Tidak hanya hama, bahkan penyakit pun kerap menjadi penyebab utama kerusakan cabe. Kerugian yang diakibatkan hama maupun penyakit telah membuat tidak sedikit para petani yang bangkrut dan kapok untuk bertanam lagi. Sebagai pertimbangan, pada Harian Kompas mengungkapkan daerah Kediri sebagai salah satu sentra produksi cabe di Jatim banyak yang terserang Antracnose atau yang lebih populer dengan pathek ini beberapa waktu yang lalu. Dimana, ribuan hektar pohon cabe gagal dipanen gara-gara kehadiran penyakit itu. Ini hanya satu kasus saja, belum serangan hama maupun penyakit lain yang bisa merugikan petani. Menurut sebagian petani hingga kini belum ada cara yang benar-benar ampuh untuk mengobati buah cabe yang sudah terserang hama dan penyakit. Bukannya mereka tidak mau tahu atau pasrah terhadap kehadiran “para pengganggu” ini, namun sudah banyak yang dilakukan dalam upaya mengobati tanaman yang sudah terkena serangan. Salah satunya adalah dengan penyemprotan baik itu menggunakan insektisida maupun fungisida. Karena saking tingginya kekhawatiran akan meluas atau terkena serangan, penyemprotan seringkali dilakukan secara serampangan tanpa pertimbangan. Akibatnya kesalahan pemilihan pestisida yang diberikan dan teknik pengendalian yang kurang baik bisa menjadi bumerang yang berakibat fatal. Untuk itulah, teknik pengendalian yang baik yang dikenal dengan tehnik pengendalian hama terpadu sangat dianjurkan untuk mengatasi musuh-musuh utama tanaman cabe ini. Berikut adalah musuh-musuh utama petani cabe yang sering menyerang tanaman cabe.
Thrips
Hama thrips (Thrips Sp.) sudah tidak asing lagi bagi para petani cabe. Menurut beberapa sumber, thrips yang menyerang cabe tergolong sebagai pemangsa segala jenis tanaman, jadi serangan pada tanaman cabe hanya salah satunya saja. Dengan panjang tubuh sekitar + 1 mm, serangga ini tergolong sangat kecil namun masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Thrips biasanya menyerang bagian daun muda dan bunga. Serangan paling parah biasanya terjadi pada musim kemarau, namun tidak menutup kemungkinan pada saat musim hujan bisa juga terjadi serangan. Gejala yang bisa dikenali dari kehadiran hama ini adalah adanya strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Adanya noda keperakan itu tidak lain akibat adanya luka dari cara makan hama thrips. Dalam beberapa waktu kemudian, noda tersebut akan berubah warna menjadi coklat muda. Yang paling membahayakan dari thrips adalah selain dia sebagai hama perusak namun juga sebagai carrier atau pembawa bibit penyakit (berupa virus) yang menyebabkan penyakit pada tanaman cabe. Untuk itu, bila kita mampu mengendalikan hama thrips, tidak hanya memberantas dari serangan hama namun juga bisa mencegah penyebaran penyakit akibat virus yang dibawanya.
Pengendalian hama ini bisa dilakukan
secara kultur teknis maupun kimiawi. Secara teknis dapat dilakukan
dengan melakukan pergiliran tanaman atau tidak menanam cabe secara
bertahap dengan selisih waktu lebih lama, selain itu dapat juga
menggunakan perangkap kuning yang dilapisi lem. Sedangkan pengendalian
kimia bisa dilakukan dengan penyemprotan insektisida Winder 25WP
konsentrasi anjuran 0.25 – 0.5 gr /liter atau bisa juga menggunakan
insektisida bentuk cair Winder 100EC dengan konsenstrasi 0.5 – 1 cc/L.
Tungau (Mite)
Hama mite selain menyerang jeruk, dan
apel menyerang tanaman cabe juga. Tungau bersifat parasit dimana dia
merusak daun, batang maupun buah yang mengakibatkan perubahan warna dan
bentuk. Pada tanaman cabe, serangannya adalah dengan menghisap cairan
daun sehingga warna daun terutama pada bagioan bawah menjadi berwarna
kuning kemerahan , bentuk daun menjadi menggulung ke bawah dan
akibatnya pucuk bisa mengering yang akhirnya menyebabkan daun rontok.
Dalam klasifikasi tungau termasuk dalam Ordo Acarina, Kelas Arachnidae
bukan termasuk golongan serangga. Tungau berukuran sangat kecil dengan
panjang badan sekitar 0.5 mm, berkulit lunak dengan kerangka chitin.
Seperti halnya thrips, hama ini juga berpotensi sebagai pembawa virus.
Pengendalian hama mite secara kimia dapat kita lakukan penyemprotan
menggunakan akarisida Samite 135EC. Konsentrasi yang dianjurkan adalah
0.25 – 0.5 ml/L.
Kutu (Myzus persicae)
Aphids merupakan serangga hama yang
juga andil dalam merusak perkembangan tanaman cabe. Serangannya hampir
sama dengan tungau namun akibat cairan dari daun yang dihisapnya
menyebabkan daun melengkung ke atas, keriting dan belang-belang hingga
akhirnya dapat menyebabkan kerontokan. Tidak sepeti mite, kutu persik
ini memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat karena selain bisa
memperbanyak dengan perkawinan biasa, dia juga mampu bertelur tanpa
pembuahan. Pengendalian hama aphids secara kimia dapat dilakukan dengan
menyemprot insektisida Winder 100EC konsentrasi 0.5 – 1.00 cc/L.
Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
Kehadiran lalat ternyata tidak hanya
mengganggu sekaligus menjijikkan namun bisa menjadi hama perusak
khususnya tanaman cabe. Buah cabe yang menunggu panen bisa menjadi
santapannya dalam sekejap dengan cara menusukkan ovipositornya pada
buah serta meletakkan telur, menetas menjadi larva yang kemudian
merusak buah cabe dari dalam. Kerusakan buah dari luar bisa kita
perhatikan dari bekas tusukan yang berupa bintik hitam. Buah yang rusak
tentu saja tidak akan laku dijual sehingga menyebabkan kerugian bagi
petani. Pengendalian hama lalat buah cabe tergolong agak sulit karena
menyerangnya dari dalam buah, untuk itu satu-satunya jalan adalah
dengan mencegah lalat tersebut meletakkan telurnya pada cabe.
Pengendalian kultur teknis dapat dilakukan dengan membuat perangkap
dari botol bekas air kemasan yang didalamnya diberi umpan yang telah
diberi sex feromon seperti metil eugenol dan insektisida. Hal ini
karena lalat buah betina sangat tertarik dengan bau lalat buah jantan
sehingga dia akan memburunya. Selain itu dapat juga digunakan perangkap
kuning seperti yang dilakukan pada hama thrips. Karena umumnya
serangga-serangga tersebut sangat menyukai warna-warna mencolok.
Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Hama ini tak berbeda dengan jenis ulat
lain yang juga suka makan daun. Namun keistimewaannya adalah saat
memasuki stadia larva, dia termasuk hewan yang sangat rakus. Hanya
dalam waktu yang tidak lama, daun-daun cabe bisa rusak olehnya. Ulat
yang setelah dewasa berubah menjadi sejenis ngengat ini akan memakan
daun-daunan pada masa larva untuk menunjang perkembangan
metamorfosis-nya. Ulat grayak tidak hanya menyerang tanaman cabe saja
melainkan juga tanaman pisang, bawang, pepaya, kentang, padi, kacang
dan lain-lain. Pengendalian hama ini dapat dilakukan terhadap ngengat
dewasa yang hendak meletakkan telurnya pada tanaman inang dengan
menyemprotkan insektisida, atau dikendalikan dengan insektisida
biologis Turex WP konsentrasi 1 – 2 gr/Lt.
Gejala akibat serangan hama kutu daun (Mizus persicae)
Kerusakan daun yang diakibatkan serangan mite
Ulat grayak merupakan hama yang paling rakus melahat daun cabe.
Tikus
Meskipun tidak separah serangan pada tanaman pangan, tikus juga
berpotensi merusak buah tanaman cabe. Mereka biasanya menyerang bagian
buahnya. Meskipun persentasenya tergolong sedikit, serangan tikus pada
tanaman cabe tetap harus diwasdapai dengan cara selalu rutin
membersihkan kebun cabe dari gulma dan semak-semak yang bisa menjadi
tempat sarang sekaligus perlindungan tikus.
Antracnose
Tidak ada yang memungkiri bahwa Antracnose atau yang lebih dikenal
dengan istilah “pathek” adalah penyakit yang hingga saat ini masih
menjadi momok petani cabe. Bagaimana tidak? Buah yang menunggu panen
dalam beberapa waktu berubah menjadi busuk oleh penyakit ini. Sudah
banyak petani yang menjadi korban keganasannya. Sekali tanaman cabe kita
terkena antraknosa, maka akan sulit bagi kita untuk mengendalikannya.
Oleh karena itu tindakan paling baik untuk penyakit ini adalah melakukan
pencegahan sebelum terjadinya serangan. Gejala awal yang dapat dikenali
dari serangan penyakit ini adalah adanya bercak yang agak mengkilap,
sedikit terbenam dan berair. Lama – kelamaan busuk tersebut akan melebar
membentuk lingkaran konsentris. Dalam waktu yang tidak lama maka buah
akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk. Ledakan penyakit ini
sangat cepat pada musim hujan. Penyebab penyakit ini tidak lain adalah
jamur C. capsici. Jamur ini menyerang tidak pandang bulu, karena baik
buah cabe yang masih hijau atau sudah masak pun tidak luput darinya.
Penyakit ini sangat mudah menyebar ke buah atau tanaman lain.
Penyebarannya tidak hanya melalui sentuhan antara tanaman saja melainkan
juga bisa karena percikan air, angin, maupun melalui vektor. Tidak ada
satu pun cara yang bisa dilakukan agar penyakit ini bisa 100% , namun
kita bisa mencegahnya dengan kultur teknis yang baik. Dapat juga
dilakukan pembersihan atau pembuangan bagian tanaman yang sudah
terserang agar tidak menyebar. Selain dengan cara budidaya yang baik,
saat pemilihan benih harus kita lakukan secara selektif . Disarankan
agar menanam benih cabe yang memiliki ketahanan terhadap penyakit
pathek. Penggunaan benih sembarangan akan beresiko terjadinya serangan
penyakit. Secara kimia, pengendalian penyakit ini dapat disemprot dengan
fungisida bersifat sistemik yang berbahan aktif triadianefon dicampur
dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida seperti Kocide
54WDG, atau yang berbahan aktif Mankozeb seperti Victory 80WP.
Buah cabe yang busuk akibat serangan pathek/antraknose
Layu Bakteri
Bakteri penyebab layu merupakan penyakit
kedua yang meresahkan petani setelah antraknosa. Penyebab layu bakteri
ini adalah Pseudomonas solanacearum yang serangannya ditandai dengan
gejala layu pada tanaman cabe yang mengalami kesembuhan pada waktu sore
hari, tetapi lama kelamaan kelayuannya terjadi secara keseluruhan dan
menetap. Bakteri ini biasanya ditularkan melalui tanah, benih, bibit,
sisa-sisa tanaman , pengairan, nematoda atau alat-alat pertanian. Selain
itu bakteri ini mampu bertahan selama bertahun-tahun di dalam tanah
dalam keadaan tidak aktif. Bakteri layu cepat meluas terutama di tanah
dataran rendah, gejala kelayuan yang mendadak seringkali tidak bisa
diantisipasi. Tanaman yang sehat tiba –tiba saja layu yang dalam waktu
tidak sampai 3 hari besoknya langsung mati. Itulah gambaran serangan
penyakit layu yang sangat menyeramkan. Untuk memastikan penyebab layu
tersebut kita bisa mengambil tanaman yang terserang , kemudian pangkal
batangnya dibelah untuk direndam pada gelas yang berisi air bening.
Apabila bakteri maka akan ditandai dengan keluarnya cairan berwarna
coklat susu berlendir semacam asap yang keluar pembuluh batangnya di
dalam air. Untuk mengatasinya tak ada jalan lain selain menyingkirkan
tanaman yang terserang, dan tetap menjaga agar bedengan tanam selalu
dalam kondisi kering di luar. Selain itu , melakukan rotasi tanaman
dengan tanaman yang tidak sefamili bisa mengurangi resiko serangan
penyakit tersebut. Secara kimiawi, penyakit ini dapat dicegah dengan
menyiram larutan Kocide 77WP konsentrasi 5 – 10 gr/liter pada lubang
tanam sebanyak 200 ml/tanaman interval 10 – 14 hari dan dimulai saat
tanaman mulai berbunga.
Tanaman cabe yang terserang layu bakteri
Bercak Daun
Penyakit ini ditandai dengan adanya
bercak-bercak berupa bulatan seperti cacar pada daun. Bila dibiarkan
akan menyebabkan daun-daun cabe gugur sehingga pertumbuhan kurang
optimal. Gejala pada daun tersebut ternyata baru serangan awal saja
karena bila dibiarkan, akan menyerang batang, tangkai daun serta tangkai
bunga. Seperti halnya layu bakteri, cendawan Cercospora capsici
penyebab bercak daun ini dapat bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman.
Pengendalian terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan membuang
tanaman yang terserang sekaligus membersihkan sanitasi lingkungan
tanaman. Secara kimia dapat juga dicegah dengan fungisida kontak bahan
aktif tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, Kocide 77WP, dan atau
fungisida bahan aktif Mankozeb yaitu Victory 80WP.
Daun yang terkena gejala penyakit bercak daun
0 komentar:
Posting Komentar