Cari Blog Ini
Penyakit yang menyerang tanaman tidak hanya disebabkan oleh patogen
saja, tetapi dapat pula disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu,
kelembaban, sinar matahari, air, nutrisi, penggunaan pestisida, dan
lain-lain. Penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan disebut
penyakit fisiologis. Penyakit fisiologis yang umum dijumpai pada tanaman
CABE di Indonesia disebabkan oleh defisiensi unsur hara. Menurut
Prabaningrum dan Moekasan (2006), penyakit fisiologis yang disebabkan
oleh unsur hara pada tanaman paprika adalah defisiensi unsur Fe (Besi),
Mn (Mangan), Mg (Magnesium) dan Ca (Kalsium).
Hama Tanaman
1. Trips (Thrips parvispinus)
Trips (Gambar 1) menyerang daun-daun muda, dengan cara menggaruk dan
mengisap cairan daun. Gejala serangan ditandai dengan bagian bawah daun
yang terserang berwarna keperakan, selanjutnya berubah menjadi
kecoklatan. Daun tampak keriput, mengeriting dan melengkung ke atas. Di
samping menyerang daun, hama trips dapat pula menyerang buah sehingga dapat menurunkan kualitas buah.
Banyak pestisida beredar dikios-kios pertanian dengan berbagai merk dan fungsi. Tetapi ada pula yang tersedia disekeliling kita, jika kita mau. Termasuk untuk mengatasi TRIPS pada tanaman cabe.........................
Berikut cara membuat pestisida sendiri untuk mengatasi TRIPS:
50 - 100 lembar daun sirsak dihaluskan (boleh pake blender) dan dicampur dengan 5 liter air kemudian didiamkan selama sehari semalam, rendaman tersebut kemudian disaring dengan kain.
1 liter hasil saringan dapat dicampurkan dengan 1 tangki semprot ukuran 17 liter, dan gunakan untuk menyemprot tanaman cabe, Thrips pun akan lenyap.
Penyemprotan sebaiknya dilakukan antara jam 06.00-9.00 dan lakukan secara berkala 3 atau 4 hari sekali.
Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima
kelompok, yaitu:
- Kelompok tumbuhan insektisida nabati, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: piretrium, aglaia, babadotan, bengkuang, bitung, jaringau, saga, serai, sirsak, srikaya.
- Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat, adalah tumbuhan yang menghasilkan suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina. Bahan kimia tersebut akan menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: daun wangi dan selasih.
- Kelompok tumbuhan rodentisida nabati, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran (efek aborsi atau kontrasepsi) dan penekan populasi, yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok penekan kelahiran umumnya mengandung steroid, sedangkan yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Dua jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah jenis gadung KB dan gadung racun.
- Kelompok tumbuhan moluskisida, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh moluskisida, diantaranya: daun sembung, akar tuba, patah tulang dan tefrosia (kacang babi).
- Kelompok tumbuhan pestisida serba guna, adalah kelompok tumbuhan yang tidak berfungsi hanya satu jenis saja, misalnya insektisida saja, tetapi juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, nematisida dan lainnya. Contoh tumbuhan dari keompok ini adalah: jambu mete, lada, mimba, mindi, tembakau dan cengkih.
- merusak perkembangan telur, larva dan pupa
- menghambat pergantian kulit
- mengganggu komunikasi serangga
- menyebabkan serangga menolak makan
- menghambat reproduksi serangga betina
- mengurangi nafsu makan
- memblokir kemampuan makan serangga
- mengusir serangga
- menghambat perkembangan patogen penyakit.
Keunggulan pestisida nabati adalah :
- murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani
- relatif aman terhadap lingkungan
- tidak menyebabkan keracunan pada tanaman
- sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama
- kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain
- menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
- daya kerjanya relatif lambat;
- tidak membunuh jasad sasaran secara langsung;
- tidak tahan terhadap sinar matahari;
- kurang praktis;
- tidak tahan disimpan
- kadang-kadang harus disemprotkan berulang-ulang.
Jakarta (ANTARA News) - Pupuk hayati (Biofertilizer) hasil radiasi nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) bernama Azora terbukti mampu meningkatkan produktivitas pertanian.
"Pupuk
hayati Batan ini memacu pertumbuhan tanaman seperti membuat akar dan
daun lebih banyak, meningkatkan hasil, memperbaiki kualitas menjadi
lebih menarik dan bersih, serta mengurangi pemakaian pupuk," kata
Kepala Batan Dr Hudi Hastowo di sela Forum for Nuclear Cooperation in Asia (FNCA) yang dihadiri perwakilan dari sembilan negara di Jakarta, Senin.
Dikatakan
Hudi, penggunaan pupuk saat ini semakin meningkat seiring dengan
kebutuhan pangan dan pemanfaatan lahan, ditambah lagi kecenderungan
petani terus meningkatkan penggunaan pupuk untuk mendapatkan hasil yang
makin melimpah.
Dilaporkan FAO telah terjadi kenaikan
penggunaan pupuk buatan di berbagai negara Asia Tenggara dari lima juta
ton pada 1967 menjadi sembilan kali lipat (45 juta ton) 30 tahun
kemudian.
"Ini menyebabkan pupuk sering kali langka, khususnya karena bahan baku
pupuk berupa nitrogen juga dipengaruhi pasokan dan harga gas," katanya.
Di sisi lain, ujarnya, penggunaan pupuk kimia ini dapat berakibat
negatif susulan terhadap lingkungan, sehingga sudah seharusnya bisa
disubtitusi dengan pupuk hayati (biofertilizer) yang berbasis mikroba.
"Batan telah meriset dan memperoleh mikroba yang membuat tanah lebih
mampu menangkap nitrogen dan membuatnya menjadi subur. Mikroba bernama
Azospherelium ini disterilisasi dengan radiasi," tambah Kepala Pusat
Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Batan Dr Zainal Abidin.
Radiasi dengan sinar gamma dari Cobalt 60 merupakan teknik sterilisasi
bahan pembawa pupuk hayati yang telah teruji efektif dan efisien
dibanding dengan teknik `autoclave` (sterilisasi panas -red) yang biasa
dilakukan, ujarnya.
"Kami sudah menggunakannya pada jagung serta tanaman hortikultura seperti salada, kubis, brokoli, sawi, atau cabe," katanya.
Proyek Biofertilizer
merupakan salah satu proyek FNCA, forum kerjasama nuklir di Asia yang
menekankan pemanfaatan teknik nuklir untuk pengembangan pupuk hayati
untuk mengatasi ketahanan pangan sekaligus perlindungan lingkungan.
Hasil proyek yang dimulai sejak 2001 ini antara lain berupa sejumlah
isolat unggul pupuk hayati dan keberhasilannya meningkatkan komoditas
pertanian di negara anggota.