Cari Blog Ini
Gibberellin adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di
Jepang
oleh Kurosawa pada tahun 1926. Penelitian lanjutan dilakukan oleh
Yabuta dan
Hayashi (1939). Ia dapat mengisolasi crystalline material yang dapat
menstimulasi
pertumbuhan pada akar kecambah. Dalam tahun 1951, Stodola dkk
melakukan penelitian
terhadap substansi ini dan menghasilkan "Gibberelline A" dan
"Gibberelline
X". adapun hasil penelitian lanjutannya menghasilkan GA1, GA2, dan
GA3.
Pada saat yang sama dilakukan pula penelitian di Laboratory of the
Imperial
Chemical Industries di Inggris sehingga menghasilkan GA3 (Cross, 1954
dalam
Weaver 1972). Nama Gibberellin acid untuk zat tersebut telah
disepakati oleh
kelompok peneliti itu sehingga populer sampai sekarang.
1. Kejadian di dalam alam.
Di dalam alam telah ditemukan lebih dari sepuluh buah jenis
gibberellin. Menurut
Mac Millan dan Takashashi (1968), Kang (1970) dan Weaver (1972),
gibberellin
ada yang diketemukan dalam jamur Gibberella Fujikuroi, ada yang
diketemukan
pada tanaman tinggi dan ada juga yang diketemukan pada keduanya.
Jenis gibberellin yang diketemukan pada jamur yaitu ; GA1, GA2, GA3,
GA4, GA7,
GA9, s.d GA16, GA24, GA25, GA36. Sedangkan jenis gibberellin yang
diketemukan
pada tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA9, GA13, GA17, s.d
GA23, GA26,
s.d GA35. Dan yang terakhir yaitu gibberellin yang diketemukan pada
jamur dan
tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA4, GA7, GA9, dan GA13.
Gibberellin ; GA1 s.d GA5, GA7 s.d GA9, GA19, GA20, GA26, GA27, dan
GA29 diketemukan
pada Pharbitis nil, GA1, GA5, GA8, GA9, GA13, diketemukan pada umbi
tulip, kemudian
GA3, GA4, GA7, diketemukan pada anggur, GA18, GA19, GA20, diketemukan
pada pucuk
bambu, GA3, GA4, GA7, dijumpai pada biji apel, selanjutnya GA21, dan
GA22, dijumpai
pada sword bean. Pada tanaman lain yaitu : Lipinus lutens (GA18, GA23,
GA28),
pada pucuk tanaman jeruk dan biji mentimun diketemukan GA1, tebu
(GA5), pisang
(GA7), kacang, jagung, barley wheat diketemukan GA1. Adapun pada
tanaman Phaseolus
coclirecus diketemukan ; GA1, GA3 s.d GA6, GA8, GA13, GA17, dan GA20.
Kemudian
pada Rudbeckia bicolor diketemukan ; GA1, GA4, GA7, s.d GA9. Dan yang
terakhir
yaitu pada Calonyction aculeatum diketemukan : GA30, GA31, GA33, dan
GA34. Hasil
penelitian Meizger dan Zeivaart (1980) menunjukan bahwa pada pucuk
bayam (spinach)
didapatkan gibberellin ; GA53, GA44, GA19, GA17, GA20, dan GA29,.
2. Metabolisme gibberelline
Gibberellin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam terpinoid.
Semua kelompok
terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang terdiri dari 5 atom
karbon.
C
C - C - C
C
Unit Isoprene (5-C)
Unit-unit isoprene ini dapat bergabung sehingga menghasilkan
monoterpene (C-10),
Sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20) dan triterpene (C-30).
Biosintesis gibberelline yang terdapat dalam jamur Gibberella
Fujikuroi berproses
dari Mevalonic acid sampai menjadi gibberellin. Di dalam proses
biosintesis
telah diketemukan zat penghambat (growth retardant) di dalam aktivitas
ini.
Beberapa contoh growth retardant yang menghambat biosintesis
gibberelline pada
tanaman antara lain Amo-1618 (2-isopropil-4-dimetil-kamine-5 metil
phenil-4pipendine
karboksilatmetil klorida) menghambat biosintesis gibberelline pada
tanaman mentimun
liar (Exhmocytis macrocarpa). Amo-1618 menghambat dalam proses
perubahan dari
Geranylgeranyl pyrophosphat ke Kaurene. Begitu pula growth retardant
CCC (2-chloroethyl)
trimethyl (-amonium chloride) memperlihatkan aktivitas yang sama
dengan Amo-1618.
3. Struktur molekul dan aktivitas gibberelline
Gibberelline merupakan suatu compound (senyawa) yang mengandung
"gibban
skeleton".
Menurut Weaver (1972), perbedaan utama pada gibberelline adalah:
a. beberapa gibberelline mempunyai 19 buah atom karbon dan yang
lainnya mempunyai
20 buah atom karbon.
b. Grup hidroksil berada dalam posisi 3 dan 13 (ent gibberellene
numbering system)
Semua gibberelline dengan 19 atom karbon adalah monocarboxylic acid
yang mengandung
COOH grup pada posisi 7 dan mempunyai sebuah lactonering.
Di dalam alam, dijumpai pula beberapa senyawa yang di ekstrak dari
tanaman.
Senyawa tersebut tidak mengandung gibberelline atau gibberellane
structure tetapi
termasuk ke dalam gibberelline. Dari hasil penelitian Tamura dkk, ia
menemukan
suatu substansi dalam jamur Helminthosporium sativum yang dinamakan
"helminthosporol"
yang aktif dalam perpanjangan daun pada kecambah padi dan barley.
Senyawa lain
yang ditemukan tanpa gibban skeleton yaitu "Steviol", namun
aktivitasnya
seperti gibberelline.
O H OH
CO CH2
HO H COOH H CH3 H
GA3 (gibberellic acid)
4. Arti gibberellin bagi fisiologi tanaman
Gibberellin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh pada
sifat
genetik (genetic dwarfism), pembuangan, penyinaran, partohenocarpy,
mobilisasi
karbohidrat selama perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi
kainnya.
Gibberelline mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel (cell
elongation),
aktivitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa
protein.
a. Genetic dwarfism
Genetic dwarfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh
adanya mutasi.
Gejala ini terlihat dari memendeknya internode. Terhadap Genetic
dwarfism ini,
gibberelline mampu merubah tanaman yang kerdil menjadi tinggi. Hal ini
telah
dibuktikan oleh Brian dan Hemming (1955). Dalam eksperimennya mereka
telah memberi
perlakuan penyemprotan gibberellic acid pada berbagai varietas kacang.
Hasil
dari eksperimen ini menunjukan bahwa gibberellic acid berpengaruh
terhadap tanaman
kacang yang kerdil dan menjadi tinggi.
Mengenai hubungannya dengan cell elengation, dikemukakan bahwa
gibbberelline
mendukung pengembangan dinding sel.
Menurut van Oberbeek (1966) penggunaan gibberelline akan mendukung
pembentukan
enzym protolictic yang akan membebaskan tryptophan sebagai asal bentuk
dari
auxin. Hal ini berarti bahwa kehadiran gibberelline tersebut akan
meningkatkan
kandungan auxin.
Mekanisme lain menerangkan bahwa gibberelline akan menstimulasi cell
elengation,
karena adanya hidrolisa pati yang dihasilkan dari gibberelline, akan
mendukung
terbentuknya a amilase. Sebagai akibat dari proses tersebut, maka
konsentrasi
gula meningkat yang mengakibatkan tekanan osmotik di dalam sel menjadi
nai,
sehingga ada kecenderungan sel tersebut berkembang.
b. Pembungaan (flowering)
Gibbereline sebagai salah satu hormon tumbuh pada tanaman, mempunyai
peranan
dalam pembungaan. Penelitian yang dilakukan Henny (1981) pada bungan
spothiphyllum
Mauna loa. Dengan memberikan perlakuan GA3 dengan dosis: 250, 500 dan
1000 mg/l.
hasil eksperimen tsb dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 1. Pengaruh GA3 terhadap pembungaan Spathiphyllum Mauna Loa
GA3 (mg/l) Pembangunan (%) minggu setelah perlakuan
10 12 14 16 18 20
0 0 0 0 0 0 10
250 0 0 30 70 70 90
500 20 50 70 100 100 100
1000 0 60 90 100 100 100
c. Parthenocarpy dan fruit set
Seperti auxin, gibberelline pun berpengaruh terhadap Parthenocarpy.
Hasil penelitian
menunjukan bahwa gibberellic acid (GA3) lebih efektif dalam terjadinya
Parthenocarpy
dibanding dengan auxin yang dilakukan pada blueberry. Hasil eksperimen
lain
menunjukan pula bahwa GA3 dapat meningkatkan tandan buah (fruit set)
dan hasil.
d. Peranan Gibberellin dalam pematangan buah (fruit ripening)
Pematangan (ripening) adalah suatu proses fisiologis, yaitu terjadinya
perubahan
dari kondisi yang tidak menguntungkan ke suatu kondisi yang
menguntungkan, ditandai
dengan perubahan tekstur, warna, rasa dan aroma.
Dalam proses pematangan ini, gibberelline mempunyai peran penting
yaitu mampu
mengundurkan pematangan (repening) dan pemasakan (maturing) suatu
jenis buah.
Dari hasil penelitian menunjukan aplikasi gibberelline pada buah tomat
dapat
memperlambat pematangan buah, sedangkan gibberellic acid yang
diterapkan pada
buah pisang matang, ternyata pemasakannya dapat ditunda.
e. Mobilisasi bahan makanan selama fase perkecambahan (germination)
Biji cerealia terdiri dari embrio dan endosperm. Didalam endosperm
terdapat
masa pati (starch) yang dikelilingi oleh suatu lapisan "aleuron"..
sedangkan embrio itu sendiri merupakan suatu bagian hidup yang suatu
saat akan
menjadi dewasa. Pertumbuhan embrio selama perkecambahan bergantung
pada persiapan
bahan makanan yang berada di dalam endosperm. Untuk keperluan
kelangsungan hidup
embrio maka terjadilah penguraian secara enzimatik yaitu terjadi
perubahanpati
menjadi gula yang selanjutnya ditranslokasikan ke embrio sebagai
sumber energi
untuk pertumbuhannya.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa gibberelline berperan penting
dalam proses
aktivitas amilase. Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan GA yang
mengakibatkan
aktivitas amilase miningkat.
Aktivitas enzym a amilase dan protease di dalam endosperm juga
didukung oleh
GA melalui de novo synthesis. Hal ini ada hubungannya dengan
terbentuknya DNA
baru yang kemudian menghasilkan RNA.
f. Stimulasi aktivitas cambium dan perkembangn xylem
Gibberelline mempunyai peranan dalam aktivitas kambium dan perkembangn
xylem.
Aplikasi GA3 dengan konsentrasi 100, 250, dan 500 ppm mendukung
terjadinya diferensiasi
xylem pada pucuk olive. Begitu pula dengan mengadakan aplikasi GA3 +
IAA dengan
konsentrasi masing-masing 250 dan 500 ppm, maka terjadi pengaruh
sinergis pada
xylem. Sedangkan aplikasi auxin saja tidak memberi pengaruh pada
tanaman.
g. Dormansi
Dormansi adalah masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji.
Menurut Copeland
(1976), dormansi adalah kemampuan biji untuk mengundurkan fase
perkecambahannya
hingga saat dan tempat itu menguntungkan untuk tumbuh.
Secara umum terjadinya dormansi adalah disebabkan oleh faktor luar dan
faktor
dalam. Faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah sbb:
1. tidak sempurnanya embrio (rudimentery embriyo)
2. embrio yang belum matang secara fisikologis (physiological immature
embriyo)
3. kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis)
4. kulit biji impermeable ( impermeable seed coat)
5. adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (presence of
germination
inhibitors).
Fase yang terjadi dalam dorminasi biji, menurut Amen (1968) ada empat
fase yang
harus dilalui :
1. fase induksi, ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah hormon
(hormon
level)
2. fase tertundanya metabolisme (a period of partial metabolic arrest)
3. fase bertahannya embrio untuk berkecambah karena faktor lingkungan
yang tidak
menguntungkan.
4. Perkecambahan (germination), ditandai dengan meningkatnya hormon
dan aktivitas
enzym.
Peranan hormon tumbuh di dalam biji yang mengalami dorminasi telah
dibahas oleh
warner (1967) yang mengatakan bahwa GA3 dapat menstimulasi sintesis
ribonukleas,
amilase dan protoase di dalam endospem biji barley.
0 komentar:
Posting Komentar